CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Friday 24 January 2014

[ESAI] Anggota PMR sebagai Pemimpin Masa Depan



            



                      Apa yang terpikir saat Anda mendengar kata ‘pemimpin’ ? Tentu saja, seseorang yang berwibawa, jujur, adil, tegas, bijaksana, dsb. Tapi coba bandingkan dengan apa yang Anda pikirkan saat melihat seorang pemimpin. Anda akan berpikir, apa dia terlihat berwibawa? Terlihat jujur? Terlihat adil? Dsb?
                        Nah di masa sekarang, definisi kata ‘pemimpin‘ mungkin tidak sejalan lagi dengan kenyataan yang terlihat sekarang. Bagaimana tidak? Kasus korupsi dan kasus-kasus lain yang kebanyakan dilakukan oleh para pemimpin bangsa ini seakan telah mengubah citra mereka sebagai pemimpin. Kata tegas, jujur dan adil seakan hanya menjadi suatu visi dan misi awal. Tapi selanjutnya? Tidak ada yang bisa menjamin perealisasiannya. Untuk itu, sangat diperlukan suatu pendidikan yang mengarah kepada pembentukan karakter. Tidak hanya mampu mendorong seseorang untuk menjadi pemimpin, tetapi juga mampu menanamkan bagaimana gemercik-gemercik nurani seorang pemimpin. Hal yang terpenting dalam gemercik-gemercik itu dapat kita peroleh apabila kita sedikit bisa merasakan dan menjadi peka terhadap sesuatu yang ada di sekitar. Sikap peka dan peduli itu biasa kita sebut tingkat kemanusiaan seseorang.

               Mengingat dan berpikir kembali tentang kata ‘kemanusiaan‘ , gambaran tidak langsung yang akan timbul adalah orang-orang saling membantu manusia lain yang memerlukan uluran tangannya. Siapa  orang-orang itu? Jawabannya tentu saja anggota Palang Merah dan orang-orang yang berkecimpung dalam hal seperti itu. Mereka adalah orang-orang dengan jiwa kemanusiaan tinggi dengan sikap adil, sigap, dan tanggap. Tidakkah kita melihat ada gemercik kepemimpinan dalam diri mereka?

                        Jiwa kemanusiaan yang tinggi, ketika mereka menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan, rasa peka dan kepedulian yang mendalam yang telah tertanam bahkan tertancap dalam diri akan membuat mereka lebih mampu merasakan apa yang dirasakan rakyatnya. Mereka akan jauh lebih paham bagaimana kesusahan dan kesengsaraan orang-orangnya. Dan mereka akan jauh lebih peduli bagaimana kelangsungan hidup semua rakyatnya. Kenapa? Karena hati nurani mereka telah tersistem dan terlatih untuk peka terhadap hal-hal seperti itu. Hati itu telah ditanamkan rasa, dimana rasa itu seakan membuat diri mereka dapat merasakan masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Dan itu tidak dilakukan dengan benar dan menimbulkan kesalahan, bukanlah hukuman yang mereka dapatkan, tetapi sebuah rasa penyesalan yang amat mendalam yang akan menjadi pelajaran berharga di dalam diri mereka.

                      
  Selain itu, anggota PMR juga selalu bersikap sigap dan berpikir cepat dalam segala kondisi. Tidakkah kita memang membutuhkan pemimpin seperti tu?  Melihat penderitaan dan kesusahan rakyatnya, mereka akan sigap  dan berpikir cepat tetapi tetap berhati-hati memikirkan solusinya. Bahkan tak jarang mereka akan turun tangan langsung untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tidak seperti pemimpin sekarang yang terlihat, biasanya mereka baru akan bertindak ketika masalah atau persoalan itu telah diangkat oleh media pers. Tidakkah seharusnya para pemimpin memiliki inisiatif sendiri? Seperti  para anggota PMR yang langsung berinisiatif turun tangan ketika seorang pasien meminta atau memerlukan pertolongan.

[LIRIK LAGU] Park Jang Hyun - Two People (두 사람) Ost. The Heirs (with Hangul, Romanization, English &Indonesia Translated)






Hangul 
지친 하루가 가고 달빛 아래 사람 하나의 그림자
감으면 잡힐 아련한 행복이 아직 저기 있는데 

상처 입은 마음은 너의 꿈마저 그늘을 드리워도
기억해줘 아프도록 사랑하는 사람이 곁에 있다는  

때로는 길이 멀게만 보여도 서글픈 마음에 눈물이 흘러도
모든 일이 추억이 때까지 우리 사람 서로의 곳이 되어주리 


너와 함께 걸을 어디로 가야 할지 길이 보이지 않을
기억할게 하나만으로 눈이 부시던 날의 세상을 

Sunday 19 January 2014

[Resensi] Paris Je T’aime Korea 2013




 Rasa untuk Hati yang salah 


Judul                     : Paris Je t’aime Korea
Penulis                 : Lee Young Hee & Floria Airin
Penerbit                : Wahyu Media
Tahun Terbit        : 2013
Jumlah Halaman : 402 Halaman

Cinta sanggup tumbuh di hati siapa saja, bahkan terhadap orang yang salah sekalipun. Ia tak pernah memandang apa, kenapa terlebih siapa, tapi bagaimana cinta itu merasuk ke dalam setiap belahan hati manusia, merambat dalam celah kekosongan dan meresapi apa pun yang dilaluinya. Cinta memang tak mampu disesali, dibuang ataupun dilupakan, entah bagaimana pun ia menyalurkan perih, menghancurkan setiap jengkal perasaan medianya berkembang, tapi tetap saja cinta bangkit dengan apa adanya. Cinta memang indah dan luar biasa, setidaknya hal itu yang dirasahkan Hwan-Hui dan Ji-Hwan. Mereka dipertemukan oleh cinta pada jarak dan waktu yang sangat berlawanan. Paris dan Korea seolah menyatu untuk menyediakan cinta bagi mereka.