CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sunday 19 January 2014

[Resensi] Paris Je T’aime Korea 2013




 Rasa untuk Hati yang salah 


Judul                     : Paris Je t’aime Korea
Penulis                 : Lee Young Hee & Floria Airin
Penerbit                : Wahyu Media
Tahun Terbit        : 2013
Jumlah Halaman : 402 Halaman

Cinta sanggup tumbuh di hati siapa saja, bahkan terhadap orang yang salah sekalipun. Ia tak pernah memandang apa, kenapa terlebih siapa, tapi bagaimana cinta itu merasuk ke dalam setiap belahan hati manusia, merambat dalam celah kekosongan dan meresapi apa pun yang dilaluinya. Cinta memang tak mampu disesali, dibuang ataupun dilupakan, entah bagaimana pun ia menyalurkan perih, menghancurkan setiap jengkal perasaan medianya berkembang, tapi tetap saja cinta bangkit dengan apa adanya. Cinta memang indah dan luar biasa, setidaknya hal itu yang dirasahkan Hwan-Hui dan Ji-Hwan. Mereka dipertemukan oleh cinta pada jarak dan waktu yang sangat berlawanan. Paris dan Korea seolah menyatu untuk menyediakan cinta bagi mereka.


Novel Paris je t’aime Korea  yang mengambil tema Korean story ini menyediakan sebuah cerita cinta dengan konflik yang cukup rumit. Tidak hanya merasakan manisnya cinta, pembaca juga akan dibawa menjelajahi perasaan di mana rasa sakit, hancur, kehilangan, marah, semuanya hanya akan menjadi tak mampu berbuat apa-apa.  Penulis tak tanggung-tanggung dalam memberikan ujian kepada para tokoh dalam cerita. Itulah cinta, walaupun manis, tetapi kekuatannya mampu membawa cahaya-cahaya gelap  merasukinya. Manis hanya akan menjadi pelengkap, tetapi makna sesungguhnya dari novel ini adalah kebersamaan bukan berarti memiliki semuanya. Novel ini dikarang dan ditulis oleh Kim Young Hee dan Floria Airin yang berkebangsaan asli Indonesia. Walaupun nama pena mereka belum cukup terkenal di kalangan penikmat novel nusantara, tetapi kedua penulis merupakan orang-orang yang cukup berpengalaman dalam menulis apalagi mengenai dunia fanfiction. Karya-karya mereka sangatlah digemari oleh para kpopers (sebutan untuk pecinta korea), karena bahasanya yang indah namun dapat membawa pembaca terbang. 

Novel Paris je t’aime Korea  ini sangat menarik karena berlatarkan Paris dan Korea. Hwan Hui dan Ji Hwan adalah sepasang insan yang memiliki kehidupan berbeda di Paris dan Korea. Hwan Hui hanya memiliki Ibunya Choi Min Na seorang desainer yang sangat menyayangi putrinya. Hwan Hui sangat membenci ayahnya, karena itulah Hwan Hui sangat sangat membenci kaum pria. Sedangkan Ji Hwan hanya memiliki ayahnya Jo Hwan Gi, seorang Ayah yang keras, tidak pengertian dan kurang kasih sayang kepada anaknya. Ibunya? Keberadaannya entah di mana. Ayah dengan perusahaan yang terancam bangkrut membuat kehidupan Ji Hwan menjadi lebih rumit. Berpindah-pindah rumah dan sekolah pun harus diterimanya untuk menghindari para penagih hutang. 

                   Nah, kalian tahu apa persamaan diantara keduanya? Mereka sama-sama memiliki kehidupan keluarga yang tidak lengkap.

          Takdir, semuanya berawal dari takdir. Pertemuan antara Hwan-Hui dan Ji-Hwan, Paris dan Korea semuanya adalah takdir. Sekeras apapun manusia mencegahnya, takdirlah yang akan membuat keadaan menjadi cerita yang berbeda. Tuhan telah memasangkan manusia pada takdirnya masing-masing. Tak peduli sejauh apa, selama apa, bahkan seperti apa, takdir selalu punya cara untuk menyelesaikannya. Ketika sepasang insan itu dipertemukan, ikatan batin membuat mereka merasakan perasaan yang tak pernah rasakan, bahkan tak seharusnya mereka rasakan, CINTA.
Cinta memang tidak datang secara tiba-tiba. Ia selalu ada di setiap hati manusia seperti bunga kuncup. Hanya orang yang tepatlah dapat menyentuh dan membuatnya merekah seperti bunga di musim semi. Manisnya cinta dan indahnya kenangan itulah yang telah mereka rasakan di novel ini.

Selain itu, hal yang sangat menarik dari novel ini adalah latar belakang dan kebudayaan yang ada di dalamnya. Paris dan Korea, 2 negara yang menjadi idaman tersendiri, khususnya wanita. Novel ini dilengkapi dengan bahasa-bahasa dari kedua negara dan tentu saja tempat-tempat yang mungkin belum pernah pembaca dengar sebelumnya. Dengan 2 perbedaan tempat dan kebudayaan ini, pembaca dapat membayangkan bagaimana jika cerita ini terjadi di kisah nyata. Di bawah menara Eiffel, di bentangkan sungai Han. Menarik bukan?
          Senja mengamit kalbu cinta dari kaki langit, mengingatkan satu hal apa itu sebuah perasaan. Kebahagiaan terbentang kala awan awan menghambur  di perkamen jingga, membisu dalam kenangan kenangan manis yang tercipta. Tapi sejujurnya, di balik indahnya ada rahasia yang tersembunyi

          Namun tentu saja, cinta tak akan selalu MANIS! Takdir terus saja berkata lain, Novel ini tidak akan membiarkan pembaca terhanyut lebih lama dalam suatu kejadian. Kejadian-kejadian lain akan terus bermunculan dan mengakibatkan perasaan menjadi berkecamuk. Memikirkan hal-hal yang terjadi di masa lalu dan terus berhubungan di masa yang akan datang. Seperti rasa terbelenggu tokoh utama di bawah bayang-bayang orang tuanya. Bayang-bayang takdir yang nantinya akan memisahkan cinta mereka untuk selamanya. Bayang-bayang yang tak akan sanggup mereka lawan sekuat apapun mereka mencoba. Walaupun keduanya bertindak di luar nalar, melewati beberapa benua dan samudra untuk mempersatukan cinta. Tapi takdir membawa kenyataan lama kembali terungkap. Kenyataan yang akan menelan hati suci setiap manusia tak berdosa menjadi korbannya. Kata yang pahit untuk sebuah cinta. Takdir yang tak sesuai arti cinta 

          Dengan berbagai kelebihan-kelebihan novel yang akan membuat pembaca penasaran, novel ini juga memiliki beberapa kelemahan. Novel ini juga ditulis oleh manusia, makhluk yang tak sempurna. Untuk itu, kelemahan-kelemahan ini hanya akan menjadi tolak ukur dan juga sebagai pembelajaran untuk semua pihak.

1.    Banyaknya konflik dalam cerita mengakibatkan alur cerita dalam novel ini menjadi terlalu cepat. Suatu konflik kadang  akan membuat pembaca bingung bagaimana proses terjadi dan bagaimana cara mengakhiri.

2.    Terdapat beberapa kesalahan dalam penggunaan kata sapaan dalam bahasa Korea. Di korea, untuk memanggil seseorang yang baru kita kenal harusnya di gunakan akhiran –ssi yang artinya lebih hormat. Sedangkan akhiran –ah dan ­–ya  HANYA digunakan kepada orang yang benar-benar dekat atau akrab dengan anda.
Nur
Setelah membaca novel ini, kita bisa memahami bahwa cinta itu tidak akan pernah salah, hanya saja kitalah yang memberikan cinta itu kepada orang yang salah.Bersedih dengan orang yang tepat juga terkadang akan jauh lebih baik dibandingkan berbahagia dengan orang yang salah. Cinta memang indah dan penuh kenangan. Ia mampu hadir di hati siapa saja. Tapi benarkah harus pada hati yang salah? Karena cinta adalah anugerah Tuhan, ini bukanlah sebuah pembodohan cinta, tetapi tentang bagaimana kau mencintai seseorang yang tak akan pernah bisa kau miliki. Jadi, apakah hati yang salah akan tetap bersatu dalam cinta mereka? Atau hanya akan menerima akhir yang berbeda?

 
Setiap cerita punya akhirnya masing-masing


Created by Azizah Novi Tami

RELATED POSTS

No comments:

Post a Comment

Komentar yang baik ^^ Enjoy your time