Ketika manusia harus dipaksa memilih... memilih diantara dua keputusan yang salah satunya seharusnya tidak hatus dipilih. Seperti awan harus melawan kehendak hujan, dan bumi melawan kehendak matahari.
Di balik semua pilihan itu, terdapat ukiran ukiran takdir. Entah itu timbul atau bahkan tak tampak, namun warna dan kejamnya kuas, semuanya telah diguratkan di sini.
Aku sungguh tak tahu. Bila melangkah terpasung ke jurang dan tidak melangkah akan mati kelaparan. Rasanya tertekan harus memikirkan semuanya. Gelombang-gelombang listrik seakan mulai menyengat beberapa bagian dari pusat tubuh ini. Embun yang terpecah.
Entah harus bagaimana lagi. Haruskah kuusahakan sendiri? Melangkah sendiri menuju awan?
Tuhan... tolong dengarkan setiap ukiran pada secarik keluhan ini. Manusia diguratkan takdirnya masing masing. Apa yang telah disepakati, harusnya tak keluar berkeliaran lagi. Namun bagaimana jika semakin lama rentetan janji itu bersebaran hingga ingin menguasai seluruhnya? Bukankah itu tidak adil? Bagaimana aku harus memutuskan deretan waktu yang telah ditetapkan?
Banyak beban, jauh perjalanan. Jika mampu sedikit saja memahami guratan yang tertulis di benda kecil ini. Jangan lagi bebani makhluk bodoh ini dengan rentetan kalimat berujung pedang, yang setiap waktu mampu menggores bahkan menusuk tepat di sini.... di sini
No comments:
Post a Comment
Komentar yang baik ^^ Enjoy your time